30/09/2016

ن.ا

1) Kelmarin kita bertemu dalam mimpi
Kau memelukku erat; luka-lukaku tak lagi mengalir
Tembok yang menjadi perantaraan persahabatan roboh
berdiri menjadi tugu cinta abadi
Kita tak lagi malu berbahasa hati;
Aku ada untukmu, kau juga begitu

2) Hari-hari yang berlalu aku membacakan bahasa hatiku
Kau menjadi tukang menyulam kenangan rindu
Katamu, ini adalah hadiah untuk dikenang pada hari-hari tua
Semoga kita tak akan berderaian di bawah langit menua
Kau berkata

3) Hari ini, pagiku tak lagi menerima kucupan darimu
Aku ingin membelaimu sekali lagi sayang
Buat kali terakhir, aku ingin sekali merasa sentuhanmu
mendengar kata-katamu, tenggelam dalam ketawamu
Atau berpimpinan  di bawah lampu-lampu pasar
seperti hari-hari yang kita pernah tempuh.

27/09/2016

Surat Buat Perempuan Yang Pernah Memiliki Hatiku

Kehadapan Kekasihku, yang hanya menganggapku sekadar teman paling biasa;
Kita pernah saling melengkapi; Aku milikmu, kau milikku, aku mengasihimu, kau merinduiku
Kita pernah sama-sama berbahasa hati; aku nukilkan sajak, kau menguntai rindu.
Lalu tanpa apa-apa bicara, kau berlalu meninggalkanku, diam dan tak lagi memandang kepadaku,
Terbang, dan tak pernah lagi kembali

Melihat kau yang terlalu bersahaja tanpa ada sedikit kasihan adalah perkara yang paling memilukan. Berat hatiku untuk membuang segala kenangan yang pernah kau benih dan semaikan. Lantas akhirnya kau jualah yang meracun kenangan itu sendiri.

Kekasihku,
Barangkali aku akan terus hilang, atau mati dan kau apa peduli. Ini adalah bahasaku yang paling lembut dan berani; Terima kasih kerana telah menjawab bahasa hatiku
Dengan cara yang kukira
Paling pengecut

Maafkan andai kata-kataku telah mengguris hatimu. Dan andai kau benar-benar membenci kata-kataku, ketahuilah, bahwa kau terlebih dahulu membunuh hatiku sebelum sajak ini lahir.

Selamat abadi.