Perempuan itu
Dipeluk kamu untuk singkat waktu
Dibilang cinta, dibelai mesra
Tahu-tahu dicaci dihina
Setelah kamu bertemu sang Dhia.
Begitu sahaja
Perempuan itu kau lempar
Terpekik jiwanya, hiba di hatinya.
Kau tak endah walau sedetik
Seolah hatinya tidak pernah kau jentik
Padahal sucinya telah kau usik.
Perempuan persinggahan itu
Yang cintanya kau bolot semua
Terkapai mencari kembali perawannya
Menangis di sudut katilnya
Dibayangi nafsu jijik yang kau lempiaskan
Caci hina yang kau sebarkan
Sedang kamu dan Dhia enak bercumbuan.
22/11/2015
03/11/2015
Kita; Tidak lagi memilih pantai
Katamu kepadaku suatu hari;
Kita adalah kesementaraan, manisku.
Aku mengutip sajak-sajak Sapardi,
Lalu ku bisikkan ke daun telingamu;
Tidak sayangku, waktu hanya fana, kita adalah abadi.
Di pantai suatu senja yang sabar,
Kita berpegangan tangan menyusuri
jejak ombak yang mencumbui pasir.
Mencuri-curi peluk kerna takut dunia
mencemburi cinta kita.
Kau mengenggam erat jemariku
Lalu katamu;
Manisku, kita tidak harus lagi memilih pantai
Kerna pantai merupakan tempat terbaik
menikmati kesedihan dan mencintai kehilangan.
Dan kita; tidak (mahu) memiliki keduanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)