25/06/2015

Membiarkan Diri Dibiasakan Musnah

Gayutan ceri di pohon itu kita renung.
Merahnya aduh, bikin hati jadi berahi.
Camar berkicau meraikan atmosfera cinta yang kita cipta.
Ada kupu-kupu berdondang sayang
saat kaupagut lembut bibirku.
Manis dan ranum seperti ceri itu.

Pandanganmu tajam dan misteri
umpama bilahan belati, menikam tepat ke dalam mataku.
Kutenggelam disedut lohong hitam.
Seluruh anggotaku lumpuh
dijampi serapah renungan kamu.
Dicengkam kedinginan setelah seharian disengat mentari.

Hembusan nafasmu panas mendesah, menampar pipiku
umpama api yang marak menjulang, menjilat tiap inci kulitku.
Bibir jiwaku memekik, membujuk rayu namamu.
Degup jantung menghentak dinding dada - sebu.

Sabungan mata kita berbicara dalam jargon rekaan kita.
Kerana kita ini manusia yang sudah terbiasa
membiarkan diri musnah dalam tornado cinta.

No comments: