Angka-angka di jam dinding itu lebih tahu cara untuk maju.
Sejumlah ingatan tertanda di waktu-waktu tertentu. Kita akan lupa namun di
waktu-waktu tertentu, musim seakan berjalan lebih perlahan. Ingatan yang
sedayanya dihindari tiba-tiba hinggap di jendela dingin yang sudah lama bisu. Kita
selalu ingin membuka jendela itu seluasnya atas alasan ingin menikmati angin di
musim ini. Tak ada yang lebih dingin dari musim yang pudar dan buntu. Seperti pohon-pohon
yang tetap berdiri dalam dingin yang menghentam ini, seperti itu seharusnya
orang-orang yang terluka belajar menjadi teguh.
Angka-angka di jam dinding sudah tahu tentang hari dan
waktu yang mendatang. Seperti mana bunga-bunga akan tumbuh kembali di musim
yang berkilau emas itu nanti, seperti itu kita menanggalkan kertas kalender
yang telah ditandai dengan balada yang terluka; hari demi hari.
Kita pun tiba akhirnya di musim yang berkilau itu.
Seperti nafas yang pernah meringkuk dalam koma, sejumlah ingatan yang pudar mencatat
kelibatnya di jendela. Kenangan, seperti seorang kekasih yang setia, tidak akan
pantas melepaskan. Ia menyentuh bekas luka, menciumnya dan berkata, "Aku
pernah ada, dan punya alasan untuk akhirnya tiada." Orang-orang terluka,
seperti kita, akan selalu tahu bagaimana caranya untuk menghadapi sejumlah
kenangan yang bebas di udara. Kerana kita sudah begitu akrab dengan takungan
airmata di telapak tangan yang ditinggalkan ini.
Karl Agan
Jun 2015
Karl Agan
Jun 2015
No comments:
Post a Comment