Ku tenung siling dalam kesamaran kalimantang - - koridor yang menyepi, Selarut malam yang semakin pagi, Melewati dinihari, Lenaku tersia lagi.
Di ruang kamar ini, Detik-detik terbuang pergi, Kerna resah hati, Memaksa mata terus celik - - namun digenangi, Hujan air mata pada satu tragedi, Saat dikau berlalu dari sisi.
Di atas tilam yang menipis, Sepertinya hati aku yang dikikis-kikis, Dan lencun dek jurai-jurai tangis hati; Aku mati.
6 comments:
dawai biasa tidak mengapa,
andai dawai berduri,
mencucuk -- tajam; luka.
punah memori.
Ku tenung siling dalam kesamaran kalimantang -
- koridor yang menyepi,
Selarut malam yang semakin pagi,
Melewati dinihari,
Lenaku tersia lagi.
Di ruang kamar ini,
Detik-detik terbuang pergi,
Kerna resah hati,
Memaksa mata terus celik -
- namun digenangi,
Hujan air mata pada satu tragedi,
Saat dikau berlalu dari sisi.
Di atas tilam yang menipis,
Sepertinya hati aku yang dikikis-kikis,
Dan lencun dek jurai-jurai tangis hati;
Aku mati.
perghhh!
ini bikin aku rindu katil empuk kat rumah ni. haih.
puisi orang-orang gering
Maaflah Ghost, hanya mampu bikin puisi gering kerana hati pun gering. Masih belum mampu hidup sehidup-hidupnya.
Post a Comment