14/11/2014

Dadamu Chapel Tua

Kita bertemu dalam comptoir kata-kata,
Engkau seperti sepucuk surat dari Roma,
Aku seperti pengantar pos yang kehilangan arah
Mengapa tidak engkau tunggu dulu sehingga lilin cintaku habis membakar peta bibirmu? Lihatlah disini ada rumah bernama sendu: nanti ada orang yang membawa tanganmu dan mengajarkanmu Braille rindu-rindu dalam berahiku yang buta

Oh, seekor kupu-kupu

Entah-entah satu hari nanti kita akan ke Baitulmaqdis dan melahirkan banyak anak-anak pelangi disana. Aku rela menjadi Ali yang mewarisimu dari seorang ayah yang mulia. Rumahmu kubina dari pelupuk keringat. Dan sabtu akan datang kepada kita dengan basikal, kota-kota Palestina gemerlap dari corak matamu. Betapa aku suka membayangkan membawamu bersiar-siar ke seluruh negeri. Kita bercinta di kota Tuhan, dan kau nabi perempuanku.

Atau entah-entah suatu hari nanti kita akan bernikah di Italia. Kau memakai gaun putih dari bulu merpati. Sungai-sungai akan menjadi ais di tapak kakimu. Tidak ada kereta kahwin, tapi loceng-loceng gereja akan membawa kita kemana-mana. Cumbuilah aku, Fe, di tengah keramaian itu. Bintang ingin merakam kita menjadi satu lagi surah di dalam Zabur. Dadamu chapel tua, telah aku mati berkali-kali di salib rindumu.