30/08/2013

Ode Buat Dayana


Tatkala Sangkakala berdendang
       Adalah Senandung kemenangan
   buatmu,
                Dayana.
    
Kerna kau adalah sang ratu.
    yang telah Tuhan anugerahkan
         Pusaka Kebesaran
                 Sang Raja.

    Nantikanlah!
          nantikan kenikmatan
Pesta berpesta dalam dakapan
             Jutaan
                     Bidadara.


       

29/08/2013

kau titik

untuk kau tahu
walau
setelah waktu itu
tidak secebis
ada kau untuk aku

aku pendosa
masih begelumang
tentang semalam
saat kita itu satu.

tidak sedetik pernah aku gagah
untuk melihat langkah kau menjauh
tidak sedikit juga mata aku lelah
melihat kau berpatah.

penipuan
demi bohongan
aku bisik mengucup lembut
hati yang sudah basah
sama darah
gesek
hiris kau serah

kakinya yang rebah
aku pasak sama percaya
hati yang patah
aku sambung tak pernah menyerah

dan
aku adalah pesalah yang dihukum
atas rasa percaya tak pernah menyerah

dan aku adalah pesalah
yang dihukum untuk menyerah.

27/08/2013

Hiba


Dia masih angkuh
bertakhta di sebalik pembuluh darah
menjajah setiap dalaman organ
membawa oksigen
membantu segalanya berfungsi

walau dia pergi
dia masih kekal
satu yang asli
yang pernah hidup
dalam kitaran nitrogen penuh sesak.

26/08/2013

(tak) merdeka pak II

disuatu pagi saat api kemerdekaan
masih mampu membakar lampu-lampu neon,
berdiri seorang anak lalu berkata:
 
"Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, 
bahwa kekuasaan seorang presiden
sekalipun ada batasnya. 
Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan
rakyat. 

Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa!"

 50 tahun kemudian
jika anak itu masih berdiri disana,
dan jika api perjuangannya masih
mampu membakar bendera Union Jack

pasti anak itu akan ketawa berdekah-dekah
melihat rakyat diberak dengan kata-kata
menteri borjuis

"kamilah pemerintah, maka tunduklah!
kerana kamilah yang memberimu rumah
kamilah yang memberimu makan!"

24/08/2013

(tak) merdeka pak!


menyelak halaman
puluh pada catatanmu tentang
nilai sebuah kemerdekaan yang absolute
seakan-akan membawaku ke zamanmu
yang esentrik dan berani

begitu aku menghayati tulismu;


"Pemuda itu adalah bunga tiap-tiap bangsa. Tapi ingatlah bahawa kembang dan kembang itu ada dua. Ada kembang yang berseri-seri dan wangi dan ada kembang yang lalu dan gugur ke tanah. Kembangan yang berseri-seri menjadi suntingan puteri, tetapi kembang yang layu jangankan menjadi suntingan puteri, kumbang dan lalat-lalat pun tidak mahu mendekatinya.”



ah!
aku tidak ingin kembali ke zaman pesta
raya globalisasiku, Pak Boestamam

disini, hari ini
anak-anak muda banyaknya pengecut dan penjilat
kemerdekaan seakan-akan tak lagi
mengakrabi jiwa-jiwa kita



23/08/2013

kau yang semalam

kau adalah semalam
yang pergi
dan tak akan pulang.

membawa seluruhnya milik aku
meninggalkan cuma parut
tak mungkin sembuh.

menerajang rindu sebagai teman
membiar terkapai tanpa digapai
mendera tiap degup berantakan.

kau adalah semalam
yang pergi
dan tak akan pulang.

20/08/2013

Rindu

Rindu
 disampai bulan
    disampai bintang
       disampai angin

tetap juga
  tidak padanya.

sejak berpaling
rindu itu bukan lagi asing.

p/s:
tiap-tiap hati kita punya rindu, cuma beda pada apa kerinduan itu. membahagia atau membunuh. untuk rasa keduanya malang, bukan?



18/08/2013

neen ;


pada cintamu,
ketemui gres
helaian-helaian buku segar
yang belum pernah kubaca

seperti udara-udara Capadocia
dan bris sungai Tumalo
yang pristine dan tak tersentuh

15/08/2013

untuk seseorang. dari seseorang.

sekeping hati itu kau toreh
dalam.
berkali-kali

sekeping hati milik tubuh
berkeringat ihsan
pada kau
saat bertatih kau jatuh

tegar.
kata bangsat kau luah
bicara jahanam
gampangnya kau ucapkan nista

celaka kau beri itu
tak akan aku pandang sepi
tak akan.

demi sekeping hati yang sama
berikan aku cinta meruah gila
yang turut kau rasa
cuma kau sengaja bunuhkan sendiri.
budi

atas segala torehan jahanam
akan aku simpan dalam-dalam
sampai mati

dan dipastikan aku dahulu
jernih mutiara dari luka kau toreh itu
terkembali semula

akan aku beri
semula
satu persatu.

itu janji aku.
janji aku.
janji.


14/08/2013

malam yang prejudis


belasan malam
diri digigit dingin 
jauh dari mimpi 
acapnya cuma ilusi. 

dan kini
tanpa dikitpun gigil
kalis taring dingin
iris liar menjegil
nyaris membikin rangin. 

        titis, titis 
        peluh menitis
        tiada magis
        prejudis. 

entah bila..

belasan malam
kantuk melampas gundah
kuap merebut ruang
mengharap lena panjang. 

11/08/2013

si Pungguk dan si Bulan

Ketika bulan muncul,
Aku tulisakan sepucuk surat,
Menceritakan tentang kerinduaan si Pungguk pada Bulan,
Kerna aku sendiri tahu,
Sakit merindu itu dalam,

Indah merindu,
Namun ia memakan hati,
Perlahan,

Pernah aku cuba berhenti merindu,
Tapi,
Ketika aku melihat kesetiaan si Pungguk,
aku jadi malu,
Dia lebih lama merindu,
dan selamanya menjadi perindu yang setia,

Sedang aku,
masih belajar erti sebuah kerinduan,
dari melihat kisah si Pungguk dan si Bulan,

06/08/2013

Seorang yang hilang, dirinya.

sejahtera ke atas kamu
otak menerawang terbang dan terbang.
terpendam sa-orang.

dalam aku gejolak lama
semua dikawal dihalang
ditunjal tunjal pikir aku pada penerimaan sekeliling
apa hidup aku tidak dihakkan pada aku?
dimilik pada DIA satu itu aku tahu.

semakin aku cuba menekan untuk menerima
semakin tertolak ke atas hampir meletus kesabaran.

sehari-harian teman aku kian tiada
terlalu sibuk pada perkara-perkara yang tak pernah buat aku ketawa

aku seolah bernyawa pada satu jasad yang entah punya siapa
kosong lohong jiwanya.

terasa berdiri ditiup angin terlambai ke kanan kiri bersepai ke sana sini
mengapa perlu ketawa dipermain apa aku rasa
apa cinta aku.
apa aku mahu curah segala

aku bosan
dengan rasa jahanam ini
tak pernah kau faham
apa rasa
punya diri tapi tak dipunyai
apa kau tahu
apa difaham?

05/08/2013

seribu kemaafan

seribu kemaafan
mahu diterima
diberi

seribu sahaja
sedang robek cariknya infiniti
terubat tidak
sakit sendiri

lupakan tidak
rasanya
disini.


02/08/2013

Konotasi Pelangi


Kutahu kau cuba lontarkan senyummu termanis
untuk menutupi hatimu yang sedang menangis
kau pujuk diri sendiri mengatakan kau kalis
sedang malam menjadi teman akrabmu, si manis.

Masakan kau masih mahu bersembunyi
di dalam puisimu yang sepi dan sunyi
kalau saja kau masih merasa hangat matari
tentunya kau juga basah tika hujan menyirami.

Lihatlah ke langit sana, munculnya pelangi
walau sekejap,ia menjadi tanda menggaris
hatimu. hilangnya ia untuk kau mengerti
bahwa hidup perlu terus berlari, realis.